Demikian pula rasa susah pun tidak tetap. Karena susah itu disebabkan tidaktercapainya keinginan yang berwujud rasa tidak enak, menyesal, kecewa, tersinggung,marah, malu, sakit, terganggu dan sebagainya. Padahal keinginan itu bila tidak tercapaipasti mungkret (menyusut), dalam arti bahwa apa yang diinginkan itu berkurang baikdalarm jumlah maupun mutunya, sehingga dapat tercapai, maka timbullah rasa senang.Jadi rasa susah itu tidak tetap.
Bila keinginan yang mungkret ini masih tidak terpenuhi, pasti ia akan mungkretlagi. Mungkretnya keinginan ini baru berhenti bila dapat terpenuhi keinginan itu.Tentunya apa yang diinginkan itu memang ada atau mudah diperoleh, sehingga keinginanitu terpenuhi dan timbullah rasa senang. Maka susah itu tidak tetap adanya.
Misalnya orang lapar ingin makan, tentu dipiiihnya lauk-pauk yang serba lezat, sepertidaging, telur dan sebagainya. Tetapi bila keinginannya itu tidak terpenuhi, ia pastimungkret, sehingga makan nasi dengan garam saja ia sudah senang. Bila nasi dengangaram pun tidak diperolehnya pasti keinginannya mungkret lagi, sehingga makan ketelabakar saja ia sudah girang. Bila ketela bakar pun tidak ia peroleh, pasti keinginannyamungkret lagi, sehingga dengan diteguknya air saja, cukup sejuklah lidahnya.
Contoh yang makin jelas lagi ialah bila seorang laki-laki ingin mempunyaiseorang isteri, maka dipilihnya tentu yang cantik, masih perawan, kaya, keturunanpriyayi, cerdas, berbakti, cermat, cinta suami dan seterusnya. Bila keinginan-keinginannya itu tidak terpenuhi, ia pun tidak benar-benar celaka, melainkan susahsebentar, kemudian senang kembali. Oleh karena keinginannya mungkret, maka rasanya,"Walaupun syarat pilihanku tidak terpenuhi semua, asal saja cantik wajahnya bolehlah"Jika yang cantik pun tidak diperolehnya, tentu keinginannya mungkret lagi: "Walaupuntidak cantik asal saja masih perawan" Bila ini pun tidak berhasil,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar